Wanita Iowa yang Sengaja Tabrak 2 Anak Dihukum 25 Tahun Penjara
By Nad
nusakini.com - Internasional - Seorang wanita asal Iowa, Amerika Serikat, dijatuhkan hukuman 25 tahun di penjara federal pada hari Kamis (19/8) karena mencoba untuk membunuh dua anak dengan menabrak mereka menggunakan mobil karena ia merasa dua anak tersebut keturunuan Meksiko atau Timur Tengah atau Afrika.
Nicole Poole Franklin dihukum 304 bulan penjara oleh hakim federal. Hukuman ini akan berjalan selaras dengan hukuman 17,5 tahun yang dijatuhkan pada Franklin pada bulan April atas tuntutan percobaan pembunuhan.
Ia mengaku bersalah atas tuntutan dua kejahatan kebencian federal pada bulan April.
Franklin yang berusia 43 tahun, terlibat tiga peristiwa rasisme pada tanggal 19 Desember 2019.
Menurut jaksa, Franklin mengemudikan mobul Jeepnya di Des Moines ketika ia melihat korban pertamanya, anak laki-laki berusia 12 tahun yang sedang berjalan dengan anggota keluarga.
Franklin mengatakan ia merasa kedua orang tersebut adalah keturunan Timur Tengah atau Afrika. Rekaman video dari kepolisian Des Moines menunjukkan Franklin yang sengaja menabrak kaki anak yang berkulit hitam tersebut, dan ia kabur.
Seorang saksi mata memberitahu polisi bahwa mobil tersebut "mempersiapkan mesinnya" sebelum ia menabrak anak kecil itu.
Satu jam kemudian, Franklin menabrak Natalia Miranda yang saat itu berusia 14 tahun. Miranda sedang menuju ke pertandingan basket, menurut kepolisian Clive.
Ketika Franklin ditangkap, ia memberitahu polisi ia menabrak Miranda karena dia terlihat seperti orang Meksiko. Selama diinterogasi, Franklin tidak berhenti menghina orang-orang keturunan Latin.
Satu setengah jam setelah ia menabrak Miranda, kepolisian Des Moines mengatakan ia menggunakan kata-kata rasis kepada penjaga toko dan pelanggan di sebuah mini market dan melemparkan barang ke penjaga toko tersebut.
Kuasa hukum Franklin mengatakan ia menderita permasalahan kesehatan mental yang cukup parah dan menyalahgunakan narkoba seumur hidupnya karena kemiskinan dan keadaan keluarga yang tidak stabil.
Miranda dan keluarganya menghadiri pengadilan saat Franklin mengaku bersalah pada bulan April. Ayahnya, Cesar Miranda, mengatakan ia dan keluarganya turut prihatin dengan Franklin karena ia terlihat seperti orang yang memiliki banyak masalah.